Priscilla Partana L’ile Chocolate Factory & Museum

Lensasriwijaya.com – Di Padang saat ini ada tempat pengolahan cokelat yang bernama L’ile Chocolate Factory & Museum. Priscilla Partana, pengusaha muda lulusan University Reading, Inggris dan University Le Cordon Bleu, Paris, Prancis.

Pengusaha muda Priscilla Partana menanam pohon cokelat hingga 7 hektare, kemudian mendirikan pabrik dan museum cokelat di Padang, Sumatera Barat. Tahun 2007 Priscilla Partana kuliah jurusan kuliner yang berkaitan dengan produk makanan di Le Cordon Bleu. Salah satunya adalah cokelat.

“Ini yang membuat saya berpikir. Biji cokelat diekspor ke Eropa, kemudian di Eropa diolah menjadi produk cokelat kemudian kembali dijual lagi ke Indonesia dengan harga mahal. Kenapa tidak diolah saja di Indonesia?” kata Priscilla dikutip dari Kompas.com.

Setelah mempelajari teknik pengolahan cokelat, Dia bercita-cita mendirikan pabrik cokelat sendiri sehingga biji cokelat tidak perlu diekspor ke luar negeri. Untuk mendirikan pabrik pengolahan cokelat itu tentu tidak mudah.

“Indonesia itu adalah penghasil cokelat ketiga di dunia. Namun kenyataannya 99 persen diekspor ke luar negeri dan hanya 1 persen diolah sendiri di dalam negeri,” kata Priscilla Partana.

Dukungan dari Orangtua

Niat Priscilla Partana membuka pabrik cokelat di Padang tidak berjalan mulus. Sebab mahalnya harga mesin pengolahan cokelat. Harga yang mencapai ratusan juta rupiah, sementara itu dia tidak memiliki modal untuk membelinya. Setelah meyakinkan orang tuanya, akhirnya dia mendapatkan pinjaman dari orang yang dikasihinya itu.

“Bingung juga awalnya. Dari mana dapat modal. Setelah saya ceritakan keinginan saya, akhirnya orangtua mendukung,” jelas Priscilla.

Pada November 2019 lalu, Priscilla Partana membeli mesin pengolah cokelat dengan kapasitas 100 kilogram per hari. Kemudian dia membuka L’ile Chocolate Factory & Museum di Jalan Alang Lawas Padang. Di rumah cokelat itu, dijual berbagai jenis dan varian cokelat dengan kualitas hampir sama dengan olahan luar negeri.

“Saya sudah pelajari dan membeli mesin yang sama dengan pengolah cokelat luar negeri sehingga kualitasnya sama,” terang Priscilla.

Harga yang dipatok cukup murah, yaitu hanya Rp 40.000 per kemasan berat 70 gram dengan jenis dark cokelat 69 dan 54 persen cokelat serta milk 48 persen cokelat.

“Ada yang rasa kopi, susu dan spesifik rasa rendang,” jelas Priscilla.

Museum Cokelat di Padang

Setelah membuka L’ile Chocolate Factory & Museum Priscilla Patarna juga mempraktikkan sendiri cara menanam cokelat. Sejak di Perancis dia sudah mempelajari cokelat, mulai dari sejarah, jenis hingga cara menanam dan mengolahnya.

“Saat ini ada 7 hektare lahan yang ditanam cokelat. Saat senggang, saya datang ke kebun untuk melihat dan merawatnya,” papar Priscilla.

Menurut Pengusaha muda tersebut, tanaman cokelat ini harus disayangi dan dipantau karena tidak boleh kotor dan dihinggapi hama.

“Harus disayangi dan dirawat. Jangan sampai kena hama. Kalau sudah kena maka harus segera dipotong agar tidak pindah ke tempat lain,” ungkap Priscilla.

Saat mempelajari cokelat ini, pengusaha muda Priscilla Partana mengumpulkan berbagai macam literasi. Semua literasi itu akhirnya dipajang dalam sebuah ruangan yang dia sebut sebagai museum cokelat.

“Di museum itu berisikan berbagai macam literasi yang saya kumpulkan seperti sejarah cokelat, jenisnya, teknik menanam dan mengolah cokelat,” jelas Priscilla.

Cita-cita jadi produsen cokelat pengusaha muda Priscilla Partana memiliki cita-cita agar Indonesia menjadi produsen hasil olahan cokelat di dunia.

Apalagi Indonesia merupakan penghasil biji cokelat di dunia sehingga bahan baku sudah tersedia.

“Kalau pengolahan cokelat sudah menjamur di Indonesia, saya yakin biji cokelat Indonesia tidak lagi diekspor tapi sudah diolah di dalam negeri. Ini harapan saya,” kata Priscilla.